you're reading...
Gak jelas

Akhir Blitzkrieg Jerman (di Piala Dunia 2010)

Strategi serangan kilat cepat Jerman, baik berupa serangan balik maupun serangan pionir, yang dikenal dengan blitzkrieg berakhir dini hari kemarin (Kamis, 8 Juli 2010 WIB). Strategi yang dengan mengagumkan menenggelamkan Australia, Inggris, dan (mencapai klimaksnya pada) Argentina itu hanya bisa mengimbangi olah bola anak-anak Spanyol. Namun, pada akhirnya mereka kebobolan juga oleh gol Carles Puyol dan hingga pertandingan usai tak mampu menyamakan kedudukan.

Maka, Spanyol-lah yang melaju ke partai final bertemu dengan Belanda. Adapun Jerman hanya bisa mengurangi rasa malu dan kecewa dengan berusaha meraih posisi ketiga setelah terlebih dulu mesti mengalahkan Uruguay. Namun, tentu saja, sebagus apa pun performa mereka nanti dengan blitzkrieg-nya, publik sepak bola telah telanjur kecewa. Mungkin energi mereka telah terkuras habis kala menumbangkan Argentina 4-0 yang mengantarkan mereka ke semifinal Piala Dunia 2010 ini.

Padahal, tim yang dihadapi pasukan Joachim Loew kali ini adalah tim yang komposisinya nyaris sama dengan yang dihadapi anak-anak asuh Loew pada Euro 2008. Artinya, sebagai pelatih, Loew mengenal lawan jauh lebih baik dibandingkan kubu Spanyol. Sebab, Jerman kali ini telah berubah jauh dibandingkan dengan skuad ketika itu. Kini mereka didominasi anak-anak muda. Apalagi, mereka pasti termotivasi untuk membalas kekalahan pada Piala Eropa dua tahun lalu itu. Namun, nyatanya, mereka mesti kembali menelan pil pahit. Jika dulu gara-gara tergores oleh gol Fernando Torres, kali ini mereka dibikin benjol oleh gol Carlos Puyol.

Ah, semula publik sepak bola nyaris menyimpulkan bahwa sepak bola atraktif intuitif semisal produk pelatih Diego Maradona dengan Argentinanya mesti digantikan dengan sepakbola atraktif ilmiah yang efektif dan efisien ala Jerman. Namun, rupanya, simpulan itu mesti ditunda dulu. Atau, memang, dua pilihan itu mesti dipadukan untuk menghasilkan produk sepak bola yang digdaya meski pada akhirnya hanya akan (harus) ada satu tim yang menang.

Jadi, seilmiah dan seintuitif apa pun, mesti ada satu hal lagi yang ditambahkan: faktor nasib, tangan-tangan halus yang bekerja tak kasat mata. Namun, itu pun rupanya kerap dibaca dan disikapi dengan cara-cara yang berbeda. Salah satunya dengan “bertanya” kepada si Paul, gurita “peramal”. Lalu, kalau hasil ramalan buruk, ngamuk.

Semoga sepak bola Indonesia tidak terus terpuruk gara-gara mendahulukan pertakhayulan demikian atau langkah-langkah yang nggak jelas. Selamat menanti juara dunia (sepak bola) baru. Meski tak ada lagi blitzkrieg Jerman di partai puncak, kita masih bisa menikmati blitzkrieg yang lain, semisal dari Yngwie Malmsteen. Itu memang bukan gocekan cepat bola, tapi permainan gitar secepat kilat ala Yngwie. Untuk urusan bola Piala Dunia, Belanda atau Spanyolkah pemenangnya?

About Bahtiar Baihaqi

Sekadar ingin berbagi, dari orang awam, untuk sesamanya, orang awam pula dan mereka yang prokeawaman.

Diskusi

3 respons untuk ‘Akhir Blitzkrieg Jerman (di Piala Dunia 2010)

  1. kalo di blog motor
    saya akan bilang:
    PERTAMAXXXXXXXX
    heheheheheh..kebiasaan

    btw jerman kecepatannya diredam dengan serangan MAtador di lini tengah

    BTW jadi ingat
    Yngwie MAlmsteen – Blitkrieg
    Album Rising Force ALchemy
    (seneng pas jaman masih kuliah )

    @Yap, pertamaxxx dan satu-satunyaxxx.
    Yang pasti akhirnya Spanyol jadi juara Piala Dunia 2010. Jerman yang kebagian posisi ketiga pun jadi sedikit “terobati” karena “punya teman” Belanda yang sama-sama dijungkalkan Spanyol.
    Selamat buat Spanyol. Hidup Yngwie… he he he.

    Posted by Maskur® | Juli 9, 2010, 7:03 am
  2. Sayang Jerman cuman ditempat ketiga

    @Gpp. Bisa jadi pelajaran, biar jadi lebih baik.

    Posted by wardi | Juli 12, 2010, 10:04 pm
  3. Yap, ternyata blitzkrieg jerman masih kalah sama teori perang sun tzu yg dianut oleh spanyol dgn mengoptimalkan keteraturan manajemen lapangan dan kerjasama yg apik…kalo pssi saat ini masih mengembangkan pola gerilya sehingga ngak menang 2x… 😦

    @Gerilya? Bisa aja dikau. Mungkin perlu dikaji ulang ya tuh “strategi” atau ganti dengan yang lain.

    Posted by kun2x | Juli 15, 2010, 10:00 am

Tinggalkan komentar