Kadang aku merasa telah mampu merancang-rancang wacana untuk menghadapi batas usia yang sewaktu-waktu tiba. Begitu juga bila istri atau anak-anak yang lebih dulu sampai ke sana.
Istri jelas belahan jiwa. Anak-anak itu permata hati––masih lucu-lucu pula. Siapkah aku bila mereka tiba-tiba meninggalkanku? Jika baja bisa lebur oleh api dan api bisa padam oleh air, apakah air mampu melumat kesedihanku atas kehilangan mereka?
Ah, kesedihan adalah makhluk terhebat yang mampu meluruhkan kehidupan. Maka tentu bukan kesedihan berlebihan dan berkepanjangan yang mesti kita tumpahkan untuk sebuah kematian. Tapi bagaimana menghadapinya, menyongsongnya, dan membekalkan penjelasan buat keluarga yang ditinggalkan?
Jika istri lebih dulu meninggalkan kami, akan kucoba menyampaikan kepada anak-anak bahwa mamanya telah tiba waktunya untuk menempuh perjalanan ke surga. Ia jelas masih “hidup” (rohnya) dan masih bisa diajak berkomunikasi––meski hanya satu arah. Ia hanya butuh dikirimi SMS doa-doa dan kabar-kabar amal saleh kita di dunia. Bila anak-anak dirundung rindu untuk sekadar mendapatkan balasan SMS mamanya, mereka hanya perlu bersimpuh sujud dalam hening sehingga akan bisa mendengar nada getar jawaban sang mama di HP-kalbu mereka.
Jika aku yang pergi lebih dulu, si mama juga mesti memberi penjelasan serupa kepada mereka. Jadi, kita sekadar berpisah jarak. Bukankah kalian sudah biasa belajar ditinggal kami bergantian pergi kerja dan dititipkan ke Bandung ikut eyang?
Lalu, jika mereka yang mesti pergi lebih dulu? Ah, kami yang lebih dewasa tentu harus lebih bisa menahan duka. Kalau rada susah, coba nanti kita konsultasikan kepada Tuhan saja.
***
Tulisan ini merupakan buah oleh-oleh dari Elan Maulana Setiadjid, rekan tercinta yang pernah sealmamater, sekantor, dan seindekosan yang kemarin, 22 Agustus 2011, “tiba-tiba” saja meninggalkan kami dalam usia muda (sebagai kepala keluarga): 43 tahun.
Elan, rupanya kau dapat jalan tol khusnul khatimah pada Ramadan kali ini, 1432 H. Kita hanya perlu haru secukupnya aja kan, Lan, karena kita pasti kan reunian lagi. Semoga istrimu dan anak-anakmu diberi ketabahan serta jalan kemudah-lancar-berkahan rezeki dari Sang Kuasa. Amin.
pelajaran yang amat berharga, semoga akhir yang husnul khotimah
Amin ya robbal alamin.
taqabalallahu minna wa minkum, minal aidzin wal faidzin mohon maaf lahir dan batin
Sama-sama, Mas. Senang sekali ditengok kembali oleh Mas Narno. Moga kita bisa sama-sama rutin aktif ngeblog kembali dan sukses selalu.
Abis komen mending cari duit.
Cuma ngetik dapat dollar bro…!
http://www.paidtotyping.com/?id=ptambu11
Contoh Gaji:
Oke deh, nanti insya Allah aku tengok.
Wah, akhirnya Tuhan menunjukkan juga dua guru terbaik dalam soal ini, yang ternyata mas-dan mbak-ku sendiri, Mas Ipang dan Mba Amy, melalui si Kakak buah hati tercinta. (Mas, Mba, Kakak, aku bersaksi bahwa kalian telah menebarkan amal jariah kebaikan dalam soal terberat ini).