you're reading...
Poligami

Poligami dan Kesombongan Laki-laki

koranpoligamiPosisi atau pendapatku sebagai laki-laki terhadap poligami dah jelas sebagaimana aku tulis pada Antara Poligami dan Haji. Kali ini, aku hanya ingin mengulas kemungkinan adanya nafsu atau ego laki-laki di balik alasan formal atas pilihannya pada poligami. Ego atau nafsu ini mungkin tak terungkap atau memang sengaja ditutup-tutupi, tetapi ada pula yang terang-terangan mengungkapkannya dalam kemasan bahasa yang begitu rupa sehingga bisa tampak logis dan/atau religius-Islamis.

Yang paling umum biasanya para lelaki poligamis akan bilang, daripada berzina kan lebih baik (diridai Illahi) jika nikah lagi aja. Alasan ini bisa kit abaca bahwa si laki-laki merasa punya libido yang lebih hebat dari sang istri meski sangat boleh jadi hal itu tidak selalu diikuti dengan kehebatannya dalam hal “keperkasaan”. Bisa saja sebenarnya dia termasuk kategori “nafsu besar tenaga kurang” atau “libido kerap tak terkendali tapi energi kejantanan mudah loyo, lenyap-menanti nyali lelaki itu kembali”.

priaperkasa11

Namun, dasar laki-laki, meski kenyataannya begitu, dia tak sudi mengaku. Dia malah berusaha menutupinya dengan kuasa hartanya atau sekadar dengan “akal bulus”-nya.

priaperkasa2

Kalaulah dia memang punya kelebihan dalam soal libido dan kejantanan, mestinya tak semudah atau semau-maunya saja dia putuskan untuk berpoligami. Coba saja logikanya dibalik, jika si istri yang punya libido dan kekuatan seksual demikian, apa para lelaki mau dengan besar hati dan ikhlas memberikan pilihan “kompensasi” berharga dan mulia bagi istrinya itu berhubung dia kan gak mungkin untuk berpoliandri?

Tulisan ini hanya bermaksud mengingatkan para lelaki saja, termasuk aku sendiri, bahwa kalaupun kita punya kelebihan “kelelakian”, yakinlah bahwa semua itu bukan berasal dari kita sendiri. Itu pinjaman Sang Mahakuasa dan Mahaperkasa. Apalagi jika “kehebatan kita” itu sifatnya semu belaka, hanya berkat “kemurahan hati” istri kita yang rela menutupi aib dan kelemahan kita.

Sebagai penutup, agaknya kita perlu belajar dari “kesombongan” Nabi Sulaiman. Nabi yang satu ini memang terkenal dengan kekayaan materi, kekuasaan, dan keperkasaannya. Tapi, suatu hari, sang nabi benar-benar “kelewatan”. Kepada seorang teman di dekatnya, beliau berkata yang kurang lebih maksudnya begini, “Malam ini aku akan menggauli 100 wanita dan semuanya akan melahirkan para penunggang kuda perang yang berjuang di jalan Allah (baca: para lelaki perkasa).”

Si lawan bicara pun mengingatkan sang nabi untuk menyertakan ungkapan “insya Allah” di dalam pernyataannya itu. Namun rupaya Sulaiman AS cuek saja. Walhasil, setelah semua hasrat ditunaikan, cuma satu saja mencapai sasarannya berbuah keturunan. Itu pun cuma lelaki kerdil.

Ha ha ha, kali ini nabi perkasa itu pun dibuat tak berdaya oleh Sang Mahaperkasa. Kisah itu aku baca dari buku 61 Kisah Pengantar Tidur karya Muhammad bin Hamid Abdul Wahab (terjemahan Penerbit Darul Haq Jakarta, 2002). Kisah ini dikutip dari hadis Rasulullah SAW yang disampaikan oleh Abu Hurairah (HR Al-Bukhari 3424 dan Muslim 1654).

perempuanperkasa1Catatan: Tulisan ini secara khusus didedikasikan untuk mereka yang memercayai perempuan sebagai sumber kehidupan, pemilik kekuatan pemberdaya (girl power atau apalah istilahnya), semisal ibu-yang punya Blog Cantik, Love and Life, dan teman-teman sejawatnya. Mudah-mudahan juga dalam posting-posting berikutnya aku akan kerap menulis tentang kisah para perempuan perkasa.

About Bahtiar Baihaqi

Sekadar ingin berbagi, dari orang awam, untuk sesamanya, orang awam pula dan mereka yang prokeawaman.

Diskusi

3 respons untuk ‘Poligami dan Kesombongan Laki-laki

  1. apakah anda tidak setuju/menafikan poligami?
    =>Aku tetap setuju atas adanya atau terbukanya “pintu” poligami, sesempit apa pun itu sebagaimana dapat dibaca pada postingan Antara Poligami dan Haji. Aku cuma ingin “berdakwah” agar kita laki-laki melakukannya dengan bijak. Di blogku ini inysa Allah aku akan terus menulis soal poligami dari sisi “berbijak-bijak” ini. Misalnya posting berikut ini: Aku, Poligami, dan Perang Palestina.

    Posted by eri | Januari 5, 2009, 11:28 am
  2. Sungguh kata bijak itu lah kuncinya…

    Duhai jiwa, apakah sudah hilang rasa bijak itu dalam diri hingga mengacuhkan seseorang yang kau cinta
    Apakah mungkin keridhoan tercampur dengan kezhaliman?

    Mengapakah kita tak bertanya, wahai jiwa? sungguhkah engkau ingin meraih ridho-Nya ataukah tak kuasanya engkau menahan gelora syahwat?

    Sungguh beda antara mereka yang beriman dan beramal sholeh dengan yang tidak beriman dan beramal sholeh..lalu kau samakan keikhlasan diantara keduanya?

    Poligami bukan untuk diperdebatkan, namun untuk ditempatkan pada kalimat sebelum kata bijak. Ya, berpoligamilah dengan bijak tanpa harus ada yang disakiti. Karena menyakiti mukminah jelas adalah suatu kezhaliman. Dan setiap amal ada pertanggungjawabannya. Sebaik-baik petunjuk adalah rasulullaah..beliau berpoligami tanpa ada yang tersakiti..tak sama beliau dengan mereka yang mangatasnamakan pengikut beliau..kecuali sedikit sekali

    @Makasih atas sumbangan ide dan apresiasinya.

    Posted by akudanjiwa | Januari 5, 2010, 2:25 pm

Tinggalkan komentar