you're reading...
Menulis/Ngeblog-Awamologi

BAMBANG TRIM (Ahli-Praktisi Manistebu)

 

Langsung saja, inilah dia sosok inspiratif-motivatif yang nggak pelit berbagi ilmu. Ahli dan praktisi perbukuan atau lengkapnya manajemen-bisnis-(tren) perbukuan (yang diakronimkan jadi “manistebu”) ini telah malang melintang berkiprah di dunia penerbitan buku dan pers sejak 1994. Dengan rentang usia yang masih muda (lahir 1972), ia telah melahirkan banyak karya (seratusan lebih buku/karya tulis). Anda yang mencintai dunia tulis-menulis dan perbukuan tentu mengenal betul namanya. Begitu pula Anda yang bermimpi atau bercita-cita menjadi penulis dan menerbitkan buku, tentu juga telah mengenalnya. Paling tidak telah banyak membaca tulisan-tulisannya. Bagi yang belum, langsung saja simak sosok dan goresan-goresan bernilainya di blognya ini, manistebu.wordpress.com.

 

Selain yang terpapar di situ, Anda juga bisa membaca buku-buku karyanya. Postingan ini hanyalah ingin menggarisbawahi beberapa poin bernilainya yang bisa dipetik dari blognya itu maupun yang tersurat di beberapa bukunya. Satu yang terpenting bagi saya dan mungkin Anda adalah ini, tip jika ingin sukses seperti sang teladan: 3B (Banyak baca, Banyak jalan, dan Banyak silaturahmi).

 

Tip itu penting buat saya karena meski hakkul yakin atas kebenarannya, nyatanya saya masih sangat kurang dalam pengamalannya. Padahal, selain ketiga hal itu punya landasan kokoh dari segi agama (Islam), bukti nyata juga telah terpapar di depan mata. Banyak baca sesuai dengan anjuran iqra! Banyak jalan jelas selaras dengan arahan untuk bertafakur semesta selain bisa menjadi sarana mendapatkan rezeki penghidupan. Lantas, banyak silaturahmi tak usah diperkatakan lagi lantaran kita semua pasti telah mengetahui urgensinya––yang paling populer silaturahmi bisa memperpanjang usia (umur kita makin berkah) dan menambah rezeki (memperluas jaringan dan kesempatan bernilai dan bermateri).

 

Untuk bukti nyata atas kebenaran tip tersebut, selain bisa disimak pada diri Bambang Trim ini, dapat pula kita baca pada penulis lain. Saya sendiri menemukan hal itu pada sosok Heri Hendrayana Harris atau yang lebih dikenal dengan nama pena Gola Gong. Di kompleks tempat tinggalnya, Gong bersama istrinya menebarkan virus melek aksara alias budaya baca-tulis dengan mendirikan Rumah Dunia. Gong sendiri merupakan penulis “aliran” banyak jalan alias berpetualang mengamati alam sekitar untuk memicu ide-ide dan menuliskannya. Karya monumentalnya, Balada si Roy, adalah bukti tertulis atas hal itu. Dalam kelas-kelas tulis dan jurnalistik yang diampunya ia selalu menganjurkan para muridnya untuk terjun mengamati lingkungan semisal pasar untuk menuliskan reportase atau kisah-kisah menarik dari sana. Hal demikian misalnya dapat dibaca pada bukunya Jangan Mau Gak Nulis Seumur Hidup.

 

Memang, dalam soal banyak jalan, kita mungkin masih bisa tidak sependapat, apalagi di zaman internet seperti sekarang ini. Bisa jadi ada yang bilang bahwa jalan di sini bisa dilakukan secara virtual saja via dunia maya atau melalui sumber-sumber sekunder seperti buku dan media tulis lain. Namun, jelas, ada yang tak tergantikan dari jalan-jalan nyata di alam semesta karena itulah yang dikehendaki agama. Paling tidak, bila ingin menulis indahnya malam dengan bulan dan gemintangnya, kita mesti keluar ke halaman atau minimal buka jendela kamar untuk mengamatinya. Tidak cukup hanya cari referensi via googling kan? Bahwa kita tidak melakukan itu lagi secara khusus untuk keperluan menulis, cukup dengan berimajinasi, hal itu dimungkinkan karena kita telah terbiasa melihat atau melewati malam dalam keseharian.

 

Lantas, dalam urusan banyak silaturahmi, kita bisa mencontoh pada “sang raja silaturahmi” Gus Dur. Sepeninggalnya, banyak tulisan dan pernyataan testimonial yang menegaskan bahwa Gus Dur merupakan orang yang gemar bersilaturahmi, terlepas dari tindak-tanduknya yang memicu kontroversi sehingga banyak juga melahirkan oposisi. Saya ingat betul, Mahfud MD dan Fachri Aly bercerita soal kegemaran silaturahmi Gus Dur ini. Hasilnya tentu saja bisa kita cermati bahwa hingga kini almarhum tetap mendapatkan banyak tempat di banyak hati meski tentu saja tetap ada yang antipati.

 

Tentu saja, jadinya, tip 3B dari Mas Bambang Trim ini tidak hanya untuk urusan tulis-menulis, melainkan untuk keperluan bermuamalah secara lebih luas. Namun, tak dapat dimungkiri, dalam soal tulis-menulis, tip itu memang jitu.

 

Okelah kalau begitu (dengan aksen Warteg Boys), kita amini dan amalkan saja tip dari Mas BT itu. Selanjutnya masih banyak hal berharga dari ahli dan praktisi perbukuan kita ini yang bisa diteladani. Untuk yang ini, sebaiknya kita telusuri sendiri via blognya dan karya-karya tulisnya. Semoga kita semua tertular virus positif darinya. Amin.

About Bahtiar Baihaqi

Sekadar ingin berbagi, dari orang awam, untuk sesamanya, orang awam pula dan mereka yang prokeawaman.

Diskusi

8 respons untuk ‘BAMBANG TRIM (Ahli-Praktisi Manistebu)

  1. Banyak jalan disini maksudnya Banyak Blogwalking juga y kang 😀

    Posted by Miftahgeek | Oktober 24, 2010, 9:30 pm
  2. Resepnya menarik. 3B? hmmm… harus ditingkatkan lagi nih kayaknya 3B saya

    Posted by Wong Kam Fung | Oktober 25, 2010, 10:43 pm
  3. salam kenal, kunjungan balik ditunggu

    Posted by ramlannarie | Oktober 26, 2010, 8:32 am
  4. wah Mangtap Gan, saya masih jauh itu… muga-muga selanjutnya manpu nglakoni. Amin

    Posted by Triyanto Banyumasan | Oktober 27, 2010, 8:32 pm

Tinggalkan Balasan ke Bahtiar Baihaqi Batalkan balasan