Kita sangat boleh jadi sudah sangat muak terhadap berlimpah ruahnya kampanye Pilpres 2014 sejak sangat lama, jauh sebelum masa kampanye itu sendiri, baik di media sosial atau media konvensional, terutama televisi. Namun, apa boleh buat, semua itu rupanya tak akan bisa terbendung, membandang menenggelamkan keseharian kita. Pasalnya, kita sendiri sebenarnya memiliki kepentingan yang bertolak belakang terhadap pilpres ini. Di satu sisi ingin ikut berpartisipasi, tetapi di sisi lain enggan terusik kebisingan. Padahal, kebutuhan dan kepentingan tiap orang berbeda-beda, termasuk terhadap pilpres sehingga bisa saja saling bertabrakan.
Jadi, sebenarnya, tingkat keterpilihan seorang capres dan pasangannya juga tidak terlepas dari berbagai kepentingan dan kebutuhan kita itu, seperti halnya dalam keseharian kita. Tak peduli ada teori politik ini itu, bahkan tidak pula melulu pada visi-misi capres dan kualitas intelektual, spiritual, mental atau karakter mereka. Pendeknya, pilihan kita terhadap mereka tidak sesederhana kepribadian salah satu capresnya.
Saya runut lewat refleksi terhadap diri sendiri saja. Jika menuruti karakter serta pilihan nilai dan prinsip-prinsip keawaman diri ini yang sampai-sampai saya rumuskan dalam awamologi, pilihan terhadap Jokowi dengan karakter sederhananya adalah harga mati. Namun, pada kenyataannya, Jokowi kan tidak berdiri sendiri. Ada partai yang melingkupinya, ada pula sederet perwira cacat HAM di belakangya. Hal yang sangat kencang ditimpakan kepada kubu Prabowo dan memang seberapa pun kecilnya dia sendiri menyandang cacat itu.
Bahkan, penimpaan kecacatan terhadap Prabowo secara berlebihan dan tidak adil mampu mengurangi nilai plus kesederhanaan Jokowi dan kubunya, sebaliknya juga menambah nilai plus, paling tidak empati, terhadap Prabowo dan kubunya. Jadi, menurut saya, analisis politis murni terhadap tingkat keterpilihan kedua capres sangat tidak akurat. Faktor hidup keseharian kita atas dasar kebutuhan dan kepentingan masing-masing dalam berinteraksi sangat menentukan. Sebab, apa gunanya sederet nilai plus capres jika semua itu tidak ngefek terhadap diri kita sendiri, minimal memenuhi kepuasan harapan kita?
Sebagaimana hubungan pertemanan kita, kebertetanggaan kita, yang bisa didasarkan atas kecocokan, kedekatan, kemungkinan akses, serta kepentingan dan kebutuhan masing-masing, begitu pula pilihan kita terhadap capres nanti. Jadi, siapa capres yang paling bisa memenuhi semua itu, dialah yang akan kita pilih. Selain tentu saja sepersekian detik faktor penentu dari Yang Di Atas.
Jelang Pilpres 2014
Hari ini kita kembali bicara soal HAM
Tentang penculikan, penghilangan nyawa
manusia entah untuk apa, entah oleh siapa
”Dialah si biang kerok,” katamu menyebut
nama. Dia yang telah kehilangan kehormatan
tak berhak lagi jadi pemimpin di singgasana
Dia si pemarah, bukan pemberani, bukan pula
pemilik ketegasan, melainkan keberingasan
yang bisa menjadikan rakyat bulan-bulanan
boneka-bonekaan. Padahal kita hanya
memerlukan kesederhanaan, ketulusan
dan tangan yang keras karena kerja
yang lahir dari bening nurani dan rida Illahi
”Tapi apa si kurus bisa?” Kubu lain menimpali
Di Solo dia bisa jadi diri sendiri, di DKI belum
tuntas terbukti, apalagi di segenap penjuru RI
sedangkan dia selalu diingatkan hanya sebagai
petugas partai alias boneka abadi?
Sementara itu orang-orang jahat sibuk bergerilya
di kedua kubu, menebar paku demi dunia masuk
saku, demi anak-cucu
Ah, jadi bingung mau pilih siapa. Namun, apa dan tengah bagaimanapun dunia, saya selalu terngiang ayat favorit: … fasabbih bihamdika wastaghfir, maka bertasbihlah … dst… (QS. An-Nasr: 3). Eling, eling, waspadalah.
izin reblog ya kang Awam
Silakan, moga bermanfaat.
Kalau membutuhkan jasa antar jemput Bandara Radin Inten Lampung dan Hotel di Kota Bandar lampung silahkan menghubungi kami ArthaTrans 0721 787993, atau klik https://arthalogistics.wordpress.com/2015/09/17/antar-jemput-taksi-hotel-bandara-radin-inten-ii-lampung-antar-jemput-dalam-kota-murah/ untuk info lebih lanjut.
salam
wah biasa ,namanya pilpres ,,sudah membudaya
🙂